Tuesday, December 6, 2011

Moms, a Beautiful Person in The World ^^



Sebentar lagi tanggal 22 Desember, dan itu adalah hari Ibu. Umm, apa yang kau tau tentang hari Ibu, hari ibu adalah hari dimana semua orang mengenang dan menghormati serta menyayangi ibu mereka, meskipun menurutku untuk menyayangi ibu tidak harus pada tanggal 22 desember saja, setiap hari juga kita sayang pada ibu. Kata buku yang aku baca dan orang-orang disekitarku, mereka mengatakan bahwa "Ibu adalah segalanya", "Ibu adalah pendidik nomor satu sebelum anak itu benar-benar sekolah", "Ibu adalah sumber kasih sayang". Aku selalu terpana melihat kata-kata ini, well bukan terpana karena merasa hal itu "benar", tapi terpana karena sedih...

Berbicara tentang peran ibu, berarti kita juga berbicara tentang peran wanita, peran Gender. Saya tidak begitu banyak tau tentang pengertian dan polemik Gender seperti yang lainnya, mereka selalu mengatakan, hidup kesetaraan gender, perjuangkan persamaan gender, and so on.. Saya memang tidak pandai berorasi atau pandai bercerita, saya hanya punya satu pengalaman yang berbeda dari semua pendapat tentang "gender".

Bagiku, Ibu  adalah mahluk yang "menggemaskan", "sulit ditebak", "memiliki kompleksitas permasalahan yang rumit", "mudah cape", "mudah marah", "sibuk bekerja", "tidak mau mendengarkan", "selalu benar", "kritis pada hal-hal yang paling kecil", dan "tidak mudah percaya".
Disaat semua wanita lain ingin mendapatkan tempat dan kedudukan seperti para pria, saya hanya bisa menonton, merasakan, dan mengatakan pada diri sendiri "apa sie yang ibu-ibu ini lakukan?"..

Kesetaraan wanita atau peran Gender, jika yang dimaksud adalah kesamaan lapangan pekerjaan, ya setuju-setuju saja, tapi saya punya pengalaman lain. Ibu saya bekerja setiap hari dari senin sampai jum'at, bahkan dulu sabtu pun masuk kerja, karena bagiannya shift malam. Pergi dari rumah pukul 6 dan datang ke rumah pukul 6 lagi, ditambah shift malam dari jam 8 sampai besok pagi. Shift malam ini selalu ada tiga kali dalam satu minggu. Pekerjaan ini sudah ibu saya lakukan sejak saya bayi, bahkan mungkin sebelum beliau menikah. Oleh karena itu, Ibu jarang sekali berada di rumah, saya pun tidak pernah "curhat" dan "ngobrol" dengan beliau saat itu. Setiap kali saya ingin menceritakan sesuatu, ibu selalu mengatakan "nanti ya, mamah cape" atau "udah ah, kamu cerita terus, mamah ngantuk, sama papa aja". Ya untungnya, ayah saya masih baik hati mau mendengarkan semua masalah dan gejolak anak muda saat itu, karena ayah memang lebih terbuka dibanding "mamah", bahkan saya lebih dekat dengannya. Ayahlah yang selalu ada di memori saya ketika bermain, bercerita, dan bersenda gurau. Ayah juga pernah bilang waktu itu, "mamah memang sibuk bekerja, tapi itu juga buat kita, jadi, teteh harus mengerti ya". Waktu saya remaja, tetap saja, saya belum bisa mengerti maksud perkataan ayah itu, dari hati dan jiwa yang paling dalam, bagaimana saya bisa mengerti padahal saya sangat merindukan pelukan dan kasih sayang seorang ibu. Setiap kali berkunjung ke rumah teman, saya selalu melihat, ibu mereka langsung menyapa dari dalam rumah, kemudian mereka saling memeluk dan teman saya mencium tangan ibunya, sedangkan saya tiap kali pulang ke rumah, yang ada hanya "makanan di atas meja makan" tanpa ada senyuman yang membuat hangat masakan itu, bahkan terkadang saat pulang disambut dengan teriakan ibu yang sedang memarahi ayah. umm sungguh pemandangan yang ironis sekali.

Terkadang saya heran, di keluarga saya semuanya tampak terbalik, ayah yang sering berada di rumah, sedangkan ibu di luar, saya juga pernah lihat foto ayah sedang menggendongku di pahanya sambil memberi susu, ayah memang pernah bilang, "mamah itu hanya memberikan kamu ASI selama lima hari teh, karena kepalang sakit, waktu mau diberikan ASI lagi, eh tetehnya yang ga mau". Ooo, pantesan saya sering sakit waktu kecil, karena kurangnya ASI juga bisa berpengaruh terhadap "imunitas tubuh seseorang terhadap penyakit".

Hal yang paling sedih adalah saat saya tidak bisa mengungkapkan masalah yang paling privasi pada ibu, saya merasa ibu tidak perhatian, sehingga saya mencoba mencari kasih sayang dari luar. Sayangnya, jalan yang saya temui, menjerumuskan pada hal yang tidak baik, dan sekali lagi saya pun tidak bisa menceritakannya pada ibu sendiri. So, from that time, I try to asked my self, why..??

Dari buku 'empowering your child" karangan C. Fred Bateman, I found something interesting and open my eyes. Ternyata sejak dalam kandungan seorang bayi dapat merasakan "mood" ibunya, apakah itu "good mood" or "bad mood". Saat seorang ibu hamil sering merasa cemas, khawatir, kesal, marah, ketakutan dan emosi negatif lainnya, secara tidak langsung zat kimia yang dihasilkan oleh hormon emosi negatif tersebut, masuk ke dalam otak bayi, dan saat bayi itu lahir dan beranjak dewasa, akan menghasilkan anak-anak yang memilki karakter hiperaktif atau mudah marah. Wow, begitu ber-efeknya mood seorang ibu pada karakter anaknya. Karena "penasaran", akhirnya saya mulai bertanya pada ibu saya sendiri, "mah, waktu mamah mengandung saya, apa yang sering mamah rasakan saat itu?", dan beliau mengatakan
"waktu mamah mengandung kamu, mamah sering sekali merasa kecewa, seolah-olah selama 9 bulan itu, masalah tidak pernah berhenti, kerjaannya mamah setiap hari nangis terus, kesel ya marah, dan stress juga", "kenapa mah? kok bisa seperti itu?",
"yah, tau lah, banyak sekali permasalahan yang muncul di awal pernikahan, dari segi ekonomi, keluarga ayahmu, bahkan sikap ayahmu sendiri pada mamah".

Saya hanya bisa terdiam dan merenung saat itu, ternyata, memang benar, apa yang ibu rasakan saat mengandung saya, sedikitnya tergambar dalam karakter diri, saya sering menemukan saya mudah stress, mudah marah, dan terlalu sensitif pada apa yang orang lain katakan. Entah apakah ini juga pengaruh dari ketidakdekatan dengan ibu, yang saya rasakan, saat menghadapi masalah lebih mudah "down" dan kemandirian yang kurang.

Namun, saya menceritakan semua ini bukan untuk mengeluh atau menyalahkan, saya hanya ingin sharing dan berbagi pengalaman. Oleh sebab itu, bagi para wanita yang senang sekali menggaumkan "peran dan persamaan gender", saya ingin sekali bertanya persamaan gender seperti apa yang mereka inginkan?
Apakah persamaan gender untuk mencetak generasi-generasi yang mudah marah dan rentan terhadap masalah seperti saya, atau generasi-generasi yang penuh kasih sayang.

Setelah mulai dewasa dan bisa berpikir mandiri, saya mulai mengerti kenapa wanita atau ibu pun ingin bekerja. Ketika kondisi ekonomi yang menghimpit dan kebutuhan keluarga menuntut untuk dipenuhi, maka, para isteri-isteri ini tergerak hatinya untuk membantu suami, tapi yang menjadi masalah adalah ketika waktu yang mereka korbankan adalah waktu bersama dengan keluarga dan anak-anaknya. Permasalahan lain muncul saat para isteri bekerja, suami kurang menghargainya bahkan menyalahkannya karena dia bekerja, padahal sang isteri ini hanya ingin membantu suaminya. So, menurut saya, baik itu wanita yang bekerja maupun yang tidak bekerja, bisa menghadapi masalah yang sama, jika para suami tidak betul-betul menghormati, menghargai, menyayangi dan memposisikan wanita sebagai "ibu dan isteri keluarga" tapi  hanya sebatas"pendamping suami" saja.

Jadi, bagi para calon ibu dan yang telah menjadi ibu di luar sana, "menjadi seorang ibu itu bukan hal yang salah, justru itu adalah suatu tugas yang sangat mulia". Waktu yang kita luangkan di luar, baik itu bekerja, dan lain-lain, tidak akan pernah tergantikan dengan waktu yang kita luangkan bersama dengan anak-anak.

Saya pun menyadari,  meskipun nanti saya harus melakukan hal yang sama, bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga, saya ingin menanamkam dalam diri saya yang paling dalam, bahwa, anak dan keluarga tetap nomor satu, dan saya berharap pada Allah, semoga selalu dilindungi dan diberikan suami yang sholeh, pengertian dan sayang pada isteri serta keluarga, suami yang paham bagaimana peran dan tugas seorang wanita, seorang suami yang bisa bekerja sama membangun keluarga yang benar-benar penuh kasih sayang dan sejahtera, karena bagaimanapun peran seorang ibu tidak bisa maksimal tanpa peran ayah yang penuh pengertian dan dukungan, begitupun ayah atau suami tidak akan bisa melangkah tinggi tanpa bantuan dan dorongan dari isteri yang sholeh.

Bagaimanapun, wanita tidak bisa disejajarkan dengan pria, karena kedudukan wanita dalam islam lebih tinggi, bahkan, saat sahabat Rasul bertanya, siapa yang harus kita utamakan, Rosul berkata "ibu, ibu, ibu" "dan ayahmu". Perkataan ibu hingga disebut tiga kali daripada ayah, ini menunjukkan bahwa ibu memang lebih tinggi tiga kali dibanding ayah, jadi jika seorang wanita bisa menjadi seorang profesor, atau manajer, direktur, guru besar, dll, maka bagi saya ia tiga kali lebih hebat dibanding pria, dan jika seorang wanita merokok, maka ia tiga kali lebih rendah dibanding pria. Jadi, jika kita ingin sejajar dengan pria, dari segi nilai, artinya kita menurunkan derajat diri sendiri, tapi jika yang dimaksud adalah persamaan dalam pendidikan, hak, pengakuan, penghargaan serta fasilitas, hal itu boleh diperjuangkan. Mungkin bukan persamaan gender tapi pengarusutamaan gender..hehehehe..jadi, masyarakat tau dimana tempat laki-laki, dimana tempat perempuan, karena memang laki-laki dan perempuan itu berbeda, jenis kelaminnya, tanggung jawabnya, dan perannya. Tapi tentu saja, wanita di mata Tuhan, lebih mulia, ampe tiga kali lebih mulianya, hehehe dan wanita juga punya kesempatan dalam akses pendidikan serta lapangan pekerjaan yang sesuai dengan perannya masing-masing.

What a happy mom :)

I am happy to be a woman, and someday, I really love to be a mother for my child...so, I will do the best for them, and to be an inspiring mom for the children, hehehe..aamiinn

Jya, selamat hari Ibu untuk semua ibu-ibu di dunia...luvv and support you so much... :)

With Luv

Ghie

Sunday, November 27, 2011

Color Of Life...

What do you think when you see this color’s..? full of different colors, aren’t they?
I guarantee that although in one large family, what fill in our head is definitely different’s, and we’ll always see a wide range of colors in views, perceptions, opinions, preferences and also character…
what I learn that, God has created human beings with their uniqueness, personality, vision, etc, so, why we must be focus on the diversity of the human beings…because all the creatures that God created are definitely different from each other, even the twin brothers will never be the same, right?..
So, right know, I always encourage myself to accept the diversity and not too focus on it, but rather to seek the similarity and equality between each other…because I believe that there always be a similarities between the diversities, which strengthen the relationship (ukhuwah) among human beings in all of the world… :)

Wallahu Allam

With Luve


Ghie...

Thursday, November 24, 2011

A Courage of "Ibu Bangsa" like a Founding Mothers...

Bismillahirohmanirrohiim
In the name of Allah...Semoga tulisan ini bermanfaat...amiinn

Hari ini bertepatan dengan hari guru nasional, sebelumnya saya ucapkan selamat hari guru bagi semua guru-guru indonesia, kita akan sama-sama berjuang untuk melahirkan karya-karya terbaik demi perubahan....amiiinnn


Satu hari yang lalu saya baru saja mengikuti seminar bersama Dr Hc Anni Iwasaki, Presiden Pusat Studi Jepang Untuk Kemajuan Indonesia, presentasi beliau mengenai bagaimana kehidupan di Jepang, dengan segala kemajuan dan pendidikannya. Jepang ternyata menduduki posisi ke-tiga sedunia dalam  kesejahteraan keluarganya. Bila dibandingkan dengan Indonesia pasti akan jauh sekali. Apa yang membuat Jepang bisa semaju itu? Banyak sekali hal penting yang saya tangkap dari pembahasan beliau, pertama Ibu adalah pendidik manusia yang pertama. Yup nampaknya kalimat ini begitu terserap dalam setiap hati dan kepala orang Jepang, hingga semua kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintahnya adalah semata-mata untuk memfasilitasi kebutuhan Ibu dan anak, serta kesejahteraan masyarakat Jepang.

Sebenarnya isu tentang hal ini, bukanlah suatu isu yang baru di negara kita, namun sudah sejak lama sekali, bahkan dalam UUD 1945 pasal 28b ayat 2, dinyatakan bahwa "Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi". Seharusnya kalimat ini bisa menjadi pendorong bagi pemerintah dan masyarakat untuk benar-benar mewujudkan perkembangan yang baik bagi anak-anak Indonesia.
Peranan ibu sebagai seorang pendidik dalam keluarga, juga tertuang dalam buku yang dikeluarkan oleh Bappenas yang bekerja sama dengan Unicef tentang Pengembangan Anak Usia Dini Holistik-Integratif PEDOMAN UMUM Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), tahun 2009, yang menyatakan "Bagi anak-anak yang masih berusia dini, Ibu adalah pendidik utama dan pertama dalam keluarga". (Hal 15, paragraf 1 baris ke 3).

Namun sayangnya, kalimat ini hanyalah sebuah kata dan ungkapan yang belum bisa diimplementasikan sepenuhnya di negara kita, padahal peranan ibu itu luar biasa sekali. Ibu-ibu di negara kita bukan lagi menjadi "Mother Bangsa" tapi mereka adalah "pendamping suami" yang juga harus ikut mencari nafkah demi memenuhi kebutuhan keluarganya. Saat seorang ibu melahirkan seorang anak, maka sejak saat itulah seharusnya tanggung jawab sepenuhnya untuk mengurus dan mendidik anaknya seoptimal mungkin.

Ibu Anni yang sejak tahun 1972 tinggal di Jepang, menceritakan bahwa di sana, seorang ibu yang baru saja melahirkan,  langsung keluar dari pekerjaannya, biarpun asalnya ia adalah seorang wanita karir yang sukses. Dari data yang diperoleh pada tahun 2005, sekitar 88,5% ibu muda Jepang mengundurkan diri dari tempat bekerja setelah kelahiran anak pertama dan pada usia 40-45 tahun para ibu Jepang mulai kembali ke lapangan kerja (Kementerian Kesehatan, Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Jepang thn 2005/Facts and Figures of Japan 2008 by Foreign Press Centre Japan dalam Handout Kuliah Umum UPI, Anni Iwasaki, 2011). Lalu siapa yang mengisi kekosongan pekerjaan mereka? para mahasiswa dan mahasiswi Jepanglah yang akan mengisi tugas pekerjannya sebagai kerja "part time" selama para ibu muda tersebut mengurus dan mendidik anak-anaknya agar karakter seorang anak dapat terbentuk sejak dini. (Jadi ga ada namanya pengangguran kali ya kalau di Jepang, sama rata, sama adil, hehehe).

Pemerintah Jepang rupanya menginginkan agar ibu-ibu ini berhenti dulu dari ruang publik untuk mengurus anaknya hingga anaknya benar-benar bisa ditinggal, dan pada umumnya mereka mundur dari pekerjaannya hingga anak mereka menginjak usia remaja (SMP/SMA). Mengapa bisa seperti itu, karena meskipun ibu-ibu ini tidak bekerja lagi, tingkat kesejahteraannya tidak terganggu. Di sana para suami yang baru memiliki anak akan difasilitasi lebih oleh pemerintah, mungkin dari segi gaji atau tunjangan, bahkan bagi para pasangan muda di Jepang yang baru menikah disediakan rumah yang memadai agar mereka dapat hidup dalam kesejahteraan sehingga anak-anaknya pun dapat dididik dengan baik.Selain itu para ayah Jepang mendapatkan prioritas untuk menduduki lapangan kerja yang tetap dan memiliki kebebasan berkompetisi dengan bapak-bapak lain dari negara maju. Jadi di sini bapak-bapaklah yang bersaing, hingga Jepang dalam World Economic Forum Global Competitiveness 2010-2011 di Jenewa, tetap berada di peringkat satu atas inovasi dan faktor kecanggihan (sophisticated) saintek dan industri. Oleh karena itu, di sana hanya para pria yang bekerja untuk life long worker, bukan wanitanya. Kesetaraan Gender yang dimaksud oleh Jepang berbeda dengan kesetaraan Gender di negara kita. Di saat negara kita berkoar-koar untuk meningkatkan harkat dan derajat wanita di ruang publik agar sama-sama dapat bekerja seperti para pria, berangkat pagi pulang malam, dan rapat hingga subuh, karena posisi seperti inilah yang dianggap "tinggi" dan "prestise" oleh kaum wanita Indonesia saat ini, di Jepang wanita-wanitanya malah mundur saat melahirkan anak pertamanya, dan mereka mau melakukan hal itu untuk bisa mendidik anaknya dan kesejahteraan mereka tidak terusik, meskipun tidak bekerja lagi. Apresiasi kesetaraan gender PBB untuk negara Jepang termasuk rendah, mengapa? hal ini dikarenakan para wanita Jepang berfungsi sebagai "mother of country" atau "ibu bangsa" yang memegang peranan terpenting dalam pembangunan karakter bangsa sejak dini (Anni Iwasaki, 2011). Usia Golden age (Usia keemasan) pada anak di Jepang disebut "mitsu no tamashi", dimana usia tiga tahun pertama adalah masa yang paling penting dalam perkembangan otak bayi, disitulah peran penting orang tua muda sebagai generasi yang akan mempimpin generasi anak-anaknya (Anni Iwasaki, 2011). Hal ini bertolakbelakang dengan kondisi di negara kita, berapa banyak wanita yang tetap bekerja saat memiliki anak pertama? karena jika ia tidak bekerja, kehidupan perekonomian keluarga tidak akan berjalan dan mereka tidak bisa membahagiakan anak-anaknya, oleh sebab itu, wanita indonesa saat ini bukanlah "mother bangsa" tapi sebatas "pendamping suami" saja.

Keseriusan negara Jepang untuk mendidik anak-anaknya, hingga di sana tidak dikenal penitipan anak, pembantu atau baby sister ketika seorang wanita bekerja, karena bagi mereka anak itu harus diasuh oleh ibunya sendiri, bahkan seseorang tidak bisa secara sembarangan mengendong bayi orang lain tanpa sepertujuan dari orangtua si bayi. Mereka sangat menjaga sekali kondisi anak-anak mereka, dan mendidiknya dengan pemahaman yang matang tentang perkembangan anak. Kalaupun ada tempat penitipan anak, di Jepang itu hanya untuk dua alasan, yang pertama si ibu menderita penyakit schizophrenia (kepribadian ganda), atau si ibu memiliki penyakit menular.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia tahun 2011, ditemukan merosot tajam ke urutan 124 dari 187 negara, dibandingkan tahun lalu yang menempati posisi 108 dari 169 negara (Seputar Indonesia Online). Tingginya kuantitas pertumbuhan penduduk, akan berdampak pada Indeks Pembangunan Manusia suatu negara. Merosotnya IPM Indonesia ini disebabkan oleh grafik pendidikan di Indonesia yang tidak meningkat, dimana pertumbuhan penduduk tidak dibarengi dengan kualitas sumber daya manusianya itu sendiri. Semuanya akan kembali kepada pendidikan, dan siapa pemegang kunci yang dapat mendidik anak-anak indonesia sebaik mungkin, kalau bukan peran seorang Ibu. Bahkan Rosululloh SAW pernah bersabda :
 "wanita adalah tiang agama, jika wanita rusak maka rusak pulalah negara".
Bahkan pedoman universal tentang peran "ibu bangsa" yang mungkin baru dikenal beberapa tahun lalu oleh dunia, sudah pernah diucapkan oleh guru besar kita Muhammad SAW, berabad-abad sebelumnya, bahwa:
"ummu madrosatul awlad: wanita/ibu adalah sekolah pertama bagi anak-anak".
 Siapa yang tidak akan merenung dan sekaligus memikirkan tentang begitu pentingnya peran ibu saat harus mendidik anak-anaknya, disaat kondisi yang terjadi di masyarakat kita saat ini jauh sekali dari pedoman itu, bahkan nilai-nilai universal tentang "ibu bangsa" yang pernah ditulis oleh Bappenas pun hanya menjadi pajangan semata. Indonesia sebagai penduduk muslim terbesar di dunia, yang seharusnya nilai-nilai islam terpatri dalam kehidupan masyarakatnya, masih kalah jauh dibandingkan negara-negara seperti Jepang yang mungkin kepercayaan kepada Tuhannya pun tidak sekhusyu bangsa kita.

Perkembangan perumahan di negara Jepang pun sangat pesat, mereka  menyediakan berbagai fasilitas perumahan bagi pasangan muda, dengan harga yang tidak terlalu mahal, mungkin 8 tahun cicilan sudah bisa dijangkau bagi mereka semua, bahkan rumah bagi mereka yang baru memiki anak akan berbeda dengan rumah yang anak-anaknya sudah cukup besar. Sirkulasi seperti ini adalah hal yang biasa terjadi di negara Jepang. Bayangkan di negara kita, saat sepasang suami isteri yang baru menikah ingin memiliki rumah, dengan harga yang sangat melambung tinggi, sulit bagi mereka dengan kondisi gaji yang tidak mencukupi untuk memiliki rumah sederhana sekalipun, belum lagi cicilan rata-rata selama 20 tahun. Padahal tanpa rumah, pendidikan pertama dalam kehidupan manusia tidak akan berjalan. Hal ini juga tertulis dalam UU No 1 tahun 1974 pasal 32 ayat (1) suami isteri harus mempunyai tempat kediaman yang tetap, ayat (2) Rumah tempat kediaman yang dimaksudkan dalam ayat (1) pada pasal ini ditentukan oleh suami-isteri bersama.
Jika memang UU telah menuliskan hal tersebut, bahwa pasangan suami isteri harus memiliki rumah, maka sebaiknya pemerintah juga membantu memfasilitasi pasangan muda agar mereka dapat memiliki rumah yang sesuai dengan jangkauan ekonominya.

Beberapa Negara maju, seperti Jepang dan Amerika sudah mulai memantapkan langkahnya untuk lebih fokus terhadap ibu sebagai pendidik utama bagi anak-anak. Sesungguhnya hal ini juga yang dicita-citakan oleh para Founding Mother's Indonesia, seperti Nyi Ageng Serang, Cut Nyak Dien, Martha Kristina Tiahahu, Cut Meutia, Nyi Ahmad Dahlan, RA Kartini, Raden Dewi Sartika, Maria Walanda Maramis, dan H Rasuna Said. Apakah cita-cita mereka untuk membangun wanita saat ini sudah sesuai dengan harapannya? Maria Walanda mengungkapkan "wanita adalah tiang rumah tangga dan di tangan mereka pulalah tergantung masa depan anak-anak". Hampir semua founding mothers diatas, menginginkan adanya pendidikan bagi wanita agar mereka bisa mengetahui bagaimana caranya mendidik anak yang benar,  bagaimana cara mengatur rumah tangga yang baik, karena mereka semua mengerti bahwa ibu adalah pendidik manusia yang pertama. Pemahaman kesetaraan  gender yang kita pahami saat ini mungkin keliru. Sebenarya Ibu kartini menangis melihat wanita-wanita saat ini yang lebih mementingkan karirnya dan menelantarkan kehidupan putra-putrinya. Temuan yang sangat menarik, ketika permasalahan tentang gender ini terus bergejolak, di Jepang ternyata ada perguruan tinggi wanita yang disebut dengan tan dai/junior dan joshii dai/sarjana penuh, yang mengajarkan tentang ilmu-ilmu pengetahuan tentang keluarga, teknologi dan industri rumah tangga atau biasa disebut sebagai sains-domestik, dan jumlah perguruan tinggi tersebut ada 172. Indonesia dulu pernah memiliki sekolah-sekolah seperti itu, yang diprakarsai oleh para founding mothers, seperti 'sekolah keutamaan isteri", sekolah Thawalib, yang mendidik wanita indonesia untuk memiliki keterampilan sebagai ibu pendidik atau ibu bangsa, namun sayangnya sekolah tersebut dibubarkan di awal pemerintahan orde baru dan berlanjut kepada perguruan tinggi seperti sekarang.

Lalu apakah di Jepang para wanitanya tidak sekolah? tentu saja mereka sekolah, meskipun dari segi karier wanita Jepang tidak seperti di negara kita, namun mereka tetap berpendidikan. Sebesar 97,7% pria dan wanita di Jepang lulus SMU dan 52,5% wanita yang lulus perguruan tinggi, sedangkan pria sebesar 54,9 %. Kreatifitas dan Inovasi para pemuda Jepang saling mengisi, dimana para wanita yang bergerak di bidang saintek dan industri domestik, dan para pria bergerak dalam bidang saintek dan industri publik, hal ini terus berlanjut hingga mereka menjadi kakek-nenek. So, inilah kesetaraan gender yang sesungguhnya.

Intinya, keharmonisan rumah tangga yang seperti inilah yang menjadi cita-cita berbagai negara saat ini. Bahkan hal ini dituliskan dalam paragraf pertama dalam Preamble Universal Declaration of Human Right UNO, 1948:
"Whereas recognition of the inherent dignity and of the equal and inalienable rights of all members of the human family is the foundation of freedom, justice and peace in the world".
yang artinya "menimbang bahwa pengakuan atas martabat alamiah dan hak-hak yang sama dan mutlak dari semua anggota keluarga manusia adalah dasar kemerdekaan, keadilan dan perdamaian di dunia". 
Martabat alamiah manusia untuk membentuk sebuah keluarga yang nyaman dan sejahtera merupakan arti dari kebebasan dan kemerdekaan yang sesungguhnya, inilah yang dimaksudkan oleh ajaran Islam dengan membentuk keluarga yang sakinah (ketenangan), mawadah (penuh cinta kasih), dan warrohmah (penuh kasih sayang). Seorang anak berhak untuk mendapatkan pendidikan, kasih sayang dan cinta yang utuh dan penuh dari kedua orang tuanya, terutama Ibu. Jika ibu-ibu Indonesia masih banyak yang harus meninggalkan rumahnya dan anaknya demi membantu suami mencari nafkah, maka apa yang akan terjadi dengan generasi anak-anak kita kedepan. Hal ini merupakan masalah yang kompleks dan kita tidak bisa menyalahkan pada satu pihak saja. Mungkin kita harus lebih aware, bahwa tanggung jawab seorang laki-laki saat ia menjadi seorang ayah, harus didukung sepenuhnya oleh pemimpin kita, seperti di Jepang, yang memberikan fasilitas terbaik dan lebih bagi pasangan muda, sehingga meskipun wanitanya tidak bekerja saat mengurus anak-anaknya, hal itu tidak menjadi masalah, karena tidak mengganggu kesejahteraan mereka. Lihatlah di kita, berapa banyak ayah yang menganggur, dan malah ibunya yang bekerja, padahal seorang ibu lebih bertanggung jawab untuk mengurus anak-anaknya, akhirnya anak-anak mereka pun kekurangan kasih sayang. Sudah berapa banyak kasus perceraian yang terjadi akibat permasalahan ekonomi, menurut saya hal seperti ini tidak bisa dibiarkan begitu saja.

Apa yang dilakukan Jepang dengan segala kebijakannya, sebenarnya itulah yang sebaiknya dilakukan oleh seorang manusia yang memiliki tugas sebagai khalifah di muka bumi ini.
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”.” (QS Al Baqarah : 30)

Khalifah adalah pemimpin, dan sudah sepatutnya sebagai pemimpin untuk berpikir lebih bijak serta holistik dalam menghadapi permasalahan kehidupan. Salah satu pernyataan yang diungkapkan oleh Bu Anni yang membuat saya "aware" adalah, bahwa sesungguhnya jabatan yang terpenting yang harus dicapai dalam kehidupan manusia bukan sebatas jabatan publik, tapi jabatan kehidupan, yaitu ketika semua orang menyadari apa artinya menjadi seorang ayah, seorang ibu, seorang paman, seorang bibi, keponakan, sepupu, adik dan kakak, yang tidak saling membebani satu sama lain, itulah fungsi kehidupan yang sebenarnya.

Penulis menyimpulkan, bahwa sebagai wanita, berpendidikan itu perlu, dan pendidikan utama bagi seorang wanita adalah ketika ia memahami betul-betul apa kodratnya, ia tau bagaimana caranya mendidik anak yang baik, mengurus rumah tangga dan sebagainya. Bukan juga berarti wanita tidak berhak untuk menguasai ilmu lain, tentu saja boleh, karena menurut saya pribadi seorang ibu itu harus cerdas, dan banyak wawasan, karena ia akan banyak melakukan explain kepada anak-anaknya, memberikan informasi yang tepat dan teladan yang baik. Hanya saja, yang perlu kita pertimbangkan lebih lanjut adalah, bagaimana kita bisa memposisikan wanita, sesuai kodratnya, terutama ketika ia memiliki seorang anak. Menurut saya kurang tepat jika wanita terus di giring ke wilayah publik pada saat ia memiliki tanggung jawab yang lebih untuk mendidik anak-anaknya. Seperti yang dilakukan oleh negara Jepang, saat wanita memiliki anak pertama, maka ia mundur dulu dari wilayah publik, dan nanti saat anaknya sudah memiliki landasan kehidupan yang baik, baru sang ibu kembali lagi ke wilayah publik, namun bukan berarti seorang ibu hanya diam dirumah tidak mengerjakan apa-apa, tetap ia harus melakukan usaha produktif, yaitu melakukan kegiatan-kegiatan saintek dan industri domestik atau mungkin meneruskan pendidikannya, mengajar, sambil juga mendidik anak-anaknya. Tapi sekali lagi, hal ini terasa sulit untuk diimplementasikan di negara kita yang kondisi perekonomiannya tidak mendukung dan sistem kemasyarakatan kita yang begitu kompleks luar biasa. This is our problem and big homeworks for all of us.

Notes: * Ibu Anni Iwasaki ini memiliki courage yang sangat luar biasa dalam berjuang membangun pendidikan dan pengajaran memanusiakan bangsa Indonesia berdasarkan cita-cita para founding mothers, dan usaha beliau dengan terus menerus melakukan seminar dan menyampaikan pemikiran yang sangat luar biasa ini kepada seluruh masyarakat Indonesia agar kita tau betapa pentingnya peran ibu dalam pendidikan, mungkin jika ingin merubah kehidupan generasi yang akan datang, dari sinilah awalnya. Ibu Anni juga sudah menyampaikan proposal programnya ini atas nama Pusjuki (Pusat Studi Jepang Untuk Kemajuan Indonesia), kepada Presiden Republik Indonesia, dan hanya tinggal menunggu persetujuan presiden, tentunya dengan dukungan dari segala pihak, baik itu para praktisi pendidikan hingga politik, target beliau program ini bisa dicapai pada tahun 2014 nanti. Yang ingin mengetahui tentang kegiatan Pusjuki, bisa langsung search di google tentang Pusjuki dan jika ingin langsung contack dengan beliau ini adalah alamat twiternya @anni_iwasaki.
Saya akan mendukung programnya bu, terus maju demi kebaikan kehidupan bangsa Indonesia di masa mendatang, saya yakin Indonesia pasti bisa seperti jepang dalam waktu 15 tahun, jika kita mau merubah konsep dan sudut pandang kita sendiri mengenai arti pendidikan yang sesungguhnya. I know it's hard, but it's not immposible, right..? ^^
Semoga saya dan anda semua bisa menjadi ibu bangsa yang diharapkan kelak oleh anak-anak kita di masa depan, bukan hanya sebagai "ibu publik" yang menghidupkan kehidupan anak-anak, tapi juga menjadi seorang wanita yang menjadi tiang dalam agamanya.... aammiiin...

Jya, Owatte...

Wallahu alam bissawab
With Luv..

Ghie...

Friday, November 11, 2011

Alkisah Sang Raja& Tiga Pembantu


Baru baca ada sebuah kisah seorang raja yang memiliki tiga pembantu...suatu hari beliau menyuruh ketiga pembantunya untuk mencari buah-buahan yang manis dan banyak di kebun kerajaan. Lalu sang Raja pun memberikan ketiganya masing-masing sebuah karung. Setelah itu pergilah ketiga pembantunya tersebut.

Pembantu yang pertama,  dia mencari buah-buahhan yang paling bagus, paling manis, meskipun untuk menjangkaunya ia harus memanjat terlebih dahulu, namun akhirnya dengan usaha ia dapat mengambilnya.
Pembantu yang kedua, dia agak malas, karena kemalasannya dalam memanjat, akhirnya ia pun kurang serius dalam mengumpulkan buahnya, ia hanya mengambil buah yang tercecer di bawah tanah yang sudah kotor dan bahkan ada yang sudah busuk (mungkin dia pikir Rajanya ga akan "ngeh",,hehe).
Pembantu yang ketiga, dia berpikir "Raja terlalu sibuk, jadi dia tidak mungkin akan memeriksakan semua isi karungnya", akhirnya ia hanya memasukkan sejumlah ranting dan daun ke dalam karung hingga penuh.

Tibalah waktunya mereka bertiga menemui sang Raja, untuk menyerahkan hasil pencarian buahnya. Lalu Sang Raja pun kemudian berkata seperti ini, "Baiklah terima kasih untuk kalian bertiga, sekarang aku ingin kalian memakan sendiri buah-buahan yang telah kalian petik tadi". Jreng jreng jreng.....haha kira-kira menurut kalian siapa yang paling senang dan yang paling menderita,,?hhehehe

Pesan dari cerita ini adalah kita harus selalu mengupayakan yang terbaik, saat kita melakukan sesuatu dengan usaha yang terbaik, maka itu pun yang akan kita dapatkan. Sebaliknya, saat kita asal-asalan melakukannya, "asal-asalan" juga yang akan kita terima....hehehe...

Semoga kita semua bisa mencontoh sifat dari pembantu pertama ya, dan bukan pembantu kedua apalagi pembantu ketiga..hehehehe....


Jya, Salam Hangat di Pagi yang cerah...


If u see the wall in front of you, just break it--Tintin Movie

With Love

Ghie'

Wednesday, November 9, 2011

Forgive and Help

Begitu sulitnya kau ucapkan kata maaf ataupun memaafkan dan begitu ego-kah dirimu hanya sekedar untuk meminta tolong, bahkan pertolongan yang kau dapatkan dari orang lain kau anggap sebagai bentuk pamrih.. Ya Tuhan apa yang salah dengan kata maaf dan tolong...

Maaf  sebuah kata yang sederhana tapi penuh makna, ia adalah kata yang dapat mencairkan segalanya, bahkan hati yang beku sekalipun dapat mencair dengan sebuah kata "maaf yang tulus". Semua manusia di dunia ini saya kira tidak ada yang tidak luput dari kesalahan, karena manusia adalah tempatnya salah dan khilaf, nobody's perfect.
Bahkan pemimpin dan guru terbesar umat manusia pun, Muhammad SAW, pernah melakukan kesalahan dan langsung ditegur oleh Allah SWT. Waktu itu beliau memalingkan pandangannya dari seorang yang buta bernama Abdullah bin Ummi Maktum yang sedang ingin belajar tentang islam kepada Rosul, namun pada saat itu abdullah sedang menjamu para pembesar suku Quraisy, dan Rosul memalingkan wajah serta bermuka masam padanya. Saat itu juga Allah langsung menegur Rosul, yang teguranNya diabadikan dalam Al-Quran surat ke 80' Abasa.

Kalau seorang Nabi dan Rosul yang telah dijamin hidupnya oleh Allah untuk terjaga dari dosa dapat melakukan kesalahan, apalagi kita yang hanya manusia biasa, yang dipenuhi oleh dosa dan sering melakukan kesalahan, tapi mengapa begitu sulit mengucap kata "maaf" dengan tulus?...
Mungkinkah karena mengucap kata "maaf" membutuhkan keihklasan yang luaar biasa bagi yang mengucapkannya atau karena anggapan kita selama ini bahwa meminta maaf sama dengan menunjukkan diri ini kalah, lemah dan tidak berdaya..?? bahkan kita tidak pernah sadar bahwa sebenarnya kita salah dan lupa untuk meminta maaf.
Jika memang seperti itu, begitu kerdilnya jiwa ini...Padahal sebenarnya orang yang meminta maaf pertama kali lebih mulia di mata Allah. Meminta maaf akan menumbuhkan rasa kasih sayang di antara sesama. Meminta maaf dapat menyambungkan kembali silaturahmi dan dapat membabad habis permusuhan.

Di sisi Allah orang yang meminta maaf dengan tulus kepada orang lain adalah orang yang rendah hati dan tidak sombong. Mengapa sering kali kita sulit mengucapkan kata maaf, atau jika kita sudah meminta maaf pada orang lain dengan tulus, orang tersebut belum bisa memaafkan kita sepenuhnya.
Kesombongan seringkali menjadi alasan mengapa kita tidak mau mengucapkan maaf. Kita sering tidak sadar karena sudah merasa "tidak salah", karena kedudukan yang kita miliki, karena kesuksesan yang telah kita raih, karena harta dan pangkat, membuat kita "enggan" mengucap maaf. Apakah kita tidak sadar bahwa sifat kesombongan inilah yang membuat syaithan enggan sujud kepada Nabi Adam.
Kesombongan dapat menghalangi seseorang untuk masuk ke dalam surga, meskipun kesombongan itu sekecil biji sawi. Sabda Rosul:
"tidak masuk surga orang yang di dalam hatinya ada kesombongan meskipun hanya sebesar biji sawi" (HR. Muslim).
Sesungguhnya meminta maaf dan memaafkan dapat menghilangkan rasa sombong yang ada dalam diri karena secara tidak langsung membuat diri kita menerima keadaan sebagai mahluk yang tidak mungkin luput dari kesalahan. Meminta maaf tidak langsung membuat kita "kalah", justru kita "menang" dalam melawan ego kesombongan.

Lalu bagaimana jika kita sudah meminta maaf namun orang tersebut belum dapat memaafkan sepenuhnya diri kita. Allah pun mengajarkan bahwa :
"Orang yang bersabar dan memaafkan sesungguhnya (perbuatan) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan" (Asy Syura:43).
Jangan mengeluh karena orang belum bisa memaafkan kita, yang penting kita sudah meminta maaf, memaafkan atau tidak itu bukan urusan kita, yang jelas Allah lebih suka pada pribadi yang mau meminta maaf meskipun itu bukan kesalahannya, dan itu jauuh lebih mulia di sisi Tuhan dan Memaafkan itu juga mulia di sisiNya


Bagaimana dengan kata Tolong salahkah kita meminta tolong dan memberikan pertolongan pada orang lain??...padahal manusia itu adalah mahluk sosial, dimana ia tidak akan lepas dari bantuan orang lain. Bahkan saat nanti kita meninggal, sudah menjadi mayat, siapa yang akan menghantarkan jasad kita kepada perisitirahatan terakhir kalau bukan bantuan dari orang lain..?

Mengapa kata "tolong" pun begitu sulit diucapkan bagi mereka yang sudah memiliki kedudukan sosial yang tinggi. Padahal kedudukan dan kesuksesannya itu tidak berpengaruh apa-apa bagi Tuhan. Tuhan hanya membedakan manusia dari tingkatan ketaqwaanya saja.  Justru saat kita meminta tolong pada orang lain, bukan menunjukkan bahwa kita lemah, bukan, tapi itu sebuah kesadaran bahwa kita sadar dengan kelemahan dan kekurangan yang kita miliki, tolong membuat kita bisa menerima diri sendiri apa adanya,  tau apa yang bisa kita lakukan sendiri dan yang tidak. Mengapa begitu tingginya ego kita hingga kita tidak mau dibantu dan mengucap tolong pada orang lain, bahkan ketika ada orang lain yang menolong kita,  kita anggap itu sebagai "pamrih". Kita juga tidak mau khan, ketika kita menolong orang lain, kemudian orang lain itu mencap kita pamrih, bagaimana perasaannya, pasti tidak enak..
Sebagian orang terkadang karena merasa dirinya mampu, hingga ia tidak mau meminta tolong, karena jika meminta tolong, jatuhlah harga dirinya, dan itu salah besar. Kesombonganlah yang dekat dengan kita saat kita merasa seperti itu.

Apalagi ketika ada orang yang datang kepada kita dan meminta tolong dan kita mampu untuk menolongnya, wajib hukumnya bagi kita untuk menolong orang itu. Tolong menolong bukan hanya dalam bentuk materi, kita selalu terjebak dalam persepsi materi sebagai bentuk pertolongan, namun sebenarnya bukan itu saja, dan tergantung pada situasi, ketika kita melihat seorang anak yang menderita dan sedih ditinggal oleh ibunya, maka perhatian, senyuman dan semangat bisa menjadi bentuk pertolongan yang berharga bagi anak itu. Ketika kita melihat pengemis yang kelaparan,  maka bantuan makanan dan uang sangat berharga bagi mereka. Semua manusia pasti akan dan pernah berada dalam posisi meminta tolong, dan menolong orang lain. Jangan acuhkan itu.
Jika kita terbiasa hidup saling tolong-menolong, maka akan terasa indah, Allah SWT berfirman:
"...Dan tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan taqwa, dan janganlah tolong menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan" (QS. Al-Maidah: 2)
 Rosululloh SAW pun mengajarkan:
"tolonglah saudaramu yang menzhalimi dan terzhalimi", lalu sahabat bertanya "menolong yang terzhalimi memang kami lakukan, tapi bagaimana menolong orang yang berbuat zhalim?", Rosul menjawab, " membantu mencegahnya dari terus menerus melakukan kezhaliman itu berarti engkau telah menolongnya". (Bukhari&Ahmad)

Jadi kesimpulannya, ada beberapa hal penting yang dapat diambil:
1. Saat ada yang berbuat tidak baik atau zhalim pada diri kita, janganlah dibalas dengan kejahatan atau
kezhaliman yang serupa, tapi balaslah dengan kebaikan (memaafkan dan menjegah dia melakukan kesalahan yang sama).
2. Jangan terlalu egois untuk mau meminta maaf duluan, karena kita tidak pernah tahu apakah kita melakukan kesalahan atau tidak, jadi lebih baik minta maaflah. Minta maaf tidak membuat mu rendah dihadapan orang yang kamu mintai maaf (kecuali orang aneh yaa, yang merasa, kalau ada orang minta maaf sama dia, dia langsung melambung tinggi dan dalam hatinya bilang "tuh kan, emang iya sie elo yang salah, ngaku juga akhirnya kesalahan elo selama ini"....ckckckck,,,kalau ada orang yang kayak begini ni...harus diapain coba..???, ngga ngefek berarti ya,,hmmm)
3. Jangan juga terlalu ego untuk mengucap kata "tolong", itu wajar karena semua orang butuh pertolongan.
4. Jangan hanya karena kesombongan pada kemampuan diri sendiri "merasa mampu" dan "merasa tidak bersalah" akhirnya membuat kita lupa meminta maaf dan mengucap tolong...hehehe...

So, untuk diriku sendiri...inget ya ghie, sabar aja kalau ada orang yang belum bisa maafin kesalahan kamu sepenuhnya, yang penting kamu udah minta maaf duluan, sekarang jangan gampang terpengaruh dengan segala apa yang dia lakukan, jika memang ternyata apa yang dia lakukan hanya sebatas untuk membuatmu makin merasa bersalah dan memojokkanmu, Forget it Oce...ada Tuhan dan orang-orang yang selalu mencintai kita dan mereka selalu membukakan tangannya untuk menolong dan mendoakan kita semua"..aamiin...

Teruslah tatap masa depan dengan Bijaksana dan penuh Optimis tanpa harus Mengeluh :)
Ganbatte!!


With Love 


Ghie'

Sunday, November 6, 2011

Capture File from Idul Adha 2011

Pagi Hari yang Cerah ku berjalan menyusuri gorong-gorong eh maksudnya jalanan sepi, sunyi, sendiri...ku langkahkan kaki menuju hari baru, hari suci, hari berqurban...
Agak takut sedikit (karena ke-sendiriannya itu, aneh aja, biasa bareng ke masjid with my parents) tapi saat ku lihat masjid itu...ku mulai ayunkan kaki dengan lebih cepat...sejuta spirit menuju muara doaMu...

Masjid ini seperti punya magis yaa
Pagi yang cerah dan dingiinn :)
Masjid Agung Ciamis
Adzan terus berkumandang...ku teruskan langkah ini mencari tempat yang nyaman tuk bermunajat kepadaNya...
akhirnya dapet juga tempat, hhe
Akhirnya kutemukan tempat parkir haa tempat sholat yang cukup nyaman, tidak terlalu depan, tidak terlalu belakang...hehehehe...aku pikir akan di dalam masjid, rupanya sholat idul adha dilaksanakan di Lapangan Masjid Agung Ciamis...ku lihat kanan-kiri, ada yang kenal ga ya, haaha tidak ada...baiklah, mari kita gerai koran dan sajadahnya di sini saja ^_^

eh kok ada zebra :p
hanya aku dan zebra itu...gkgkgk...

Jamaah mulai memenuhi lapangan

Satu persatu jamaah mulai memenuhi lapangan masjid, saat itu Khutbah sudah dimulai...

Saat Khotbah berlangsung
Akhirnya kudengarkan khutbah...hingga terkantuk-kantuk...hehe...sepi tidak ada teman ngobrol, jadinya ya ngantuk hehehe...tapi saat khutbah bagian terakhir, mataku langsung "cenghar" karena isi khutbahnya tentang makna qurban, langsung siap-siap pasang telinga...setelah setengah jam...mataku hampir saja terkena syndrom "tidur"...gkgkgkgk....oce, tepat pukul 6.30, akhirnya ustad memimpin kita semua untuk sholat...
Sholat dua rakaat, cukup khidmat, tapi terkadang suara tangisan anak kecil terdengar di telinga ku, banyak juga rupanya ibu yang membawa balitanya sholat berjamaah, mungkin alasannya daripada ditinggal sendirian..tapi resikonya, ya namanya juga anak-anak, mereka akan terlihat kurang sabaran, so seorang ibu, harus lebih bisa mengantisipasi hal ini.

Taman Raflesia Ciamis
Woaaah ini dia bagian terpenting, "Pray". Setelah berdoa memohon kepada Allah semua keinginan, mohon ampun dan bersyukur, aamiin, akhirnya selesai juga Sholat Idul Adhanya, yu mari kita pulang, eh jangan lupa liat barang-barang ada yang tertinggal tidak,,dan saat ku lihat kebelakang, umm ternyata dekat sekali dengan alun-alun ya, tuh Taman Raflesianya kelihatan...orang-orang pun beranjak dari tempat duduknya dan pulang ke rumah masing-masing :)

Birunya langit...
Suka deh sama birunya langit di foto ini...mengingatkan aku pada birunya...Madinah....hmm

tumpukan koran bekas duduk
heeyy tapi lihat, ternyata kita menyampah yaa...koran bekas tilam tempat kita duduk bersebaran dimana-mana, siapa yang akan memungutnya..?? hadoohh....hmmm...kebiasaan,,hahahaa

Dan akhirnya aku pun pulang dengan riang..jalan mulai dipenuhi oleh mereka yang juga akan pulang ke tempatnya semula, hehehe...jya, begitulah kumpulan cerita saat Sholat Idul Adha di Ciamis, dan ini pengalaman pertama buat ku, plus pergi sembahyang sendiri untuk yang pertama kalinya, mudah-mudahan tahun depan bisa sholat bareng suami ya...^^....hehehe...oks, Gudbye...Selamat Idul Adha Everyone dan selamat berjumpa insya allah jika Allah meridhoi, di Idul Adha tahun depan ya... :)

On the way home...
This is me when Idul Adha...Just Trying to make it in veil :)

Chubbyy
Iseng :p


With Love
Ghie....^^

Saturday, November 5, 2011

Idul Adha 1432 H

Hari ini seluruh umat muslim di dunia merayakan Idul Adha..begitu banyak adzan berkumandang hari ini, layaknya hari lebaran. Idul adha selalu diadakan setiap tanggal 10 bulan Dzulhijah, pada hari ini semua orang yang merayakannya selain melaksanakan sholat idul adha juga berqurban, yaitu menyembelih hewan qurban, baik itu sapi, kambing atau domba.
Bulan Dzulhijah juga bertepatan dengan musim haji, dimana para muslim yang berhaji, berwukuf di padang arafah. Bagi mereka yang berhaji, berwukuf ini wajib hukumnya. Sedangkan bagi mereka yang tidak melakukan haji, di sunahkan untuk berpuasa arafah, puasa pada satu hari sebelum idul adha, atau tanggal 9 Dzulhijah.
"Puasa arafah dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang” (HR Muslim)
Tempat wukufdi arafah (picture taken when i was Umroh, 2011)


Tempat para haji yang akan berwukuf tahun ini :)

 Pada saat semua muslim yang berhaji melakukan wukuf di Arafah, maka mereka akan berdoa pada Allah, agar semua dosa-dosa diampuni, saat inilah bagi kita yang belum memiliki kesempatan untuk berhaji, disarankan untuk bangun tengah malam, sholat dan kemudian berdoa, agar semua doa orang-orang yang sedang berwukuf di arafah juga terlimpah keberkahannya kepada kita.

Sebenarnya ada dua peristiwa penting pada saat Idul Adha, pertama adalah wukuf di arafah dan berpuasa arafah, yang ke dua adalah berqurban.
Berqurban, merupakan salah satu bentuk pengorbanan bagi umat muslim. Peristiwa ini diawali dari kejadian beratus-ratus tahun yang lalu, ketika Nabi Ibrahim as, mendapat wahyu dari Allah SWT untuk menyembelih anaknya Nabi Ismail as, padahal Nabi Ibrahim sangat sayang kepada Ismail, karena untuk mendapatkan putranya yang sangat dicintainya itu, Nabi Ibrahim harus menunggu sekian lama. Namun, karena ketaatan Nabi Ibrahim pada Allah SWT, maka ia pun rela untuk menyembelih anaknya. Pada saat nabi Ismail akan disembelih lehernya oleh ayahnya sendiri, sang ayah tak kuasa menahan sedih dan tak mampu untuk menyembelih putranya sendiri, saat itu nabi Ismail berkata, "ayah, tidak apa-apa, lakukan saja, saya ikhlas jika ini memang perintah Allah", saat itulah Nabi Ibrahim tak kuasa lagi dan saat beliau akan meletakkan pisau itu di leher Ismail, tiba-tiba saja putranya tersebut ditukar oleh Allah dengan seekor kambing.

Peristiwa ini sangat bermakna bagi umat muslim, dimana ketaatan kepada Allah merupakan hal yang seharusnya kita utamakan bahkan dari suatu hal yang sangat kita cintai sekalipun. Berqurban membuat kita menyadari bahwa sebenarnya Allah pun mengingkan kita untuk bisa berbagi dengan orang lain. Dengan berqurban bukan hanya kesholehan diri yang kita capai tapi juga kesholehan sosial.  Makna Qurban yang tadi pagi saya dengar di Ceramah Idul Adha, di Lapangan Masjid Agung Ciamis, bahwa secara epistemologi qurban artinya dekat dan usaha, artinya, qurban merupakan suatu usaha untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah dan berusaha sekuat tenaga untuk menghalangi segala hal yang membuat kita jauh dengan sang Khalik. Oleh karena itu qurban bukan hanya sebatas simbol fisik saja, bukan hanya sebatas menyembelih hewan qurban, tapi qurban secara sosial merupakan suatu tindakan agar kita bisa lebih peduli dengan lingkungan dan apa yang terjadi di masyarakat, agar kita menjadi manusia yang lebih peka, bukan hanya menyolehkan diri sendiri tapi juga menyolehkan masyarakat.
Saat Sapi harus diqurbankan 



Ketika melihat hewan qurban disembelih barusan, saya kasian dan ngeri melihatnya, tapi di satu sisi saya jadi berpikir, mungkin beginilah seharusnya ketika saya harus "mengurbankan" segala sifat-sifat buruk dan malas serta segala sesuatu yang bisa menghalangi saya dekat dengan Allah. Tadi saya melihat sapi itu bergetar dan mengeluarkan suara yang "memilukan" saat lehernya di sembelih, begitu pula saat kita mengurbankan sifat-sifat buruk, malas, sombong, permusuhan, kikir dan lain sebagainya harus sampai bergetarrrr, dengan sekuat tenaga agar terhindar dari sifat-sifat buruk tersebut dan selalu dekat denganNya. hmmm...penyadaran diri...

Taken when Eid Adha Shalah this Morning :)

Jadi, intinya Idul Adha itu ternyata bukan sekedar menyembelih hewan qurbannya saja, tapi juga lebih kepada pemaknaan yang mendalam, bahwa sudahkah kita "mengurbankan" sifat-sifat tidak baik yang ada dalam diri kita sendiri dan lebih dekat dengan Allah?".

Bagi yang merayakan hari Idul Adha, sarannya:
1) Jangan lupa untuk puasa Arafah pada tgl 9 Dzulhijah bagi yang tidak berhaji.
2) Bagi mereka yang sudah mampu sisihkan sedikit uangnya untuk berbagi dengan orang lain lewat berqurban "hewan qurban", dan
3) Terus perbaiki diri dan selalu berusaha untuk bisa berbuat baik pada sesama dan dekat dengan Allah SWT.

Jya, selamat Idul Adha semuanya, semoga kita mendapatkan hikmah dan barokah di hari yang mulia ini, aamiin :) Terus Berjuang...Ganbatte!!




Friday, October 28, 2011

What is Success..?

Semua orang pasti ingin sukses, siapa sie yang ngga mau sukses, termasuk saya juga ingin sukses:). Sebenarnya apa arti kata sukses menurut kalian. umm, setiap orang memiliki makna "kesuksesan" yang berbeda-beda.  S-U-K-S-E-S bisa diartikan sebagai kondisi dimana seseorang telah mencapai titik puncak dalam kehidupannya atau saat seseorang merasa segala kebutuhannya sudah terpenuhi, atau bisa juga saat seseorang bisa memecahkan permasalahan yang dihadapinya. Sukses itu bisa apa saja dan kalian pasti punya versinya masing-masing.
Kesuksesan menurut Mario Teguh, seorang motivator yang "sukses" dalam acara "Mario Teguh Golden Ways" di salah satu statiun TV Swasta Indonesia, beliau mengatakan bahwa kesuksesan adalah bagaimana kita keluar dari arena "comfort zone" dan menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya yang dibarengi dengan rasa rendah hati terhadap sesama.
Muhammad Assad, seorang penulis muda yang mendapatkan beasiswa S2 di Qatar dan "sukses" menulis buku "Notes From Qatar", mengungkapkan dalam bukunya, bahwa kesuksesan bukan sekedar mencapai keberhasilan materi atau penghargaan semata namun yang lebih penting adalah bagaimana kita berhasil mencapai cita-cita atau tujuan hidup dengan nilai murni atau prinsip seperti kejujuran, kerja keras, dan juga nilai agama, "success with values".
Pernyataan dari dua tokoh yang "sukses" menginspirasi banyak umat ini membuat saya teringat akan pernyataan seorang guru besar umat manusia, "the great teacher of human kinds", teladan umat, model for all human beings, Muhammad SAW.
"Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan  hari akhir serta banyak berdzikir kepada Allah" (Al-Ahzab:21)
Rasulullah pernah bersabda bahwa "The best people are those who are most useful to others". Kalimat ini benar-benar menggugah hati dan sangat memberikan inspirasi bagi saya. Bagaimana proses "inspiring" masuk ke dalam jiwa yang sedang belajar untuk menjadi lebih "dewasa" ini, just read this story :)

Ambisius yang bukan Ambisi
Selama menjalani kehidupan sebagai seorang remaja, saya selalu dipertemukan dengan orang-orang yang ambisius, pekerja keras dan sangat fokus dengan tujuan hidupnya, baik itu teman maupun keluarga, hal ini mempengaruhi saya untuk memiliki cita-cita yang tinggi, meskipun kesannya menjadi terlalu "perfect" or ambisius.
Tumbuh di lingkungan seperti ini membuat saya untuk bisa menyamai kesuksesan orang lain dan bahkan ingin lebih dari mereka. Lama kelamaan memiliki sifat seperti ini membuat saya "lelah" dan "cape" sendiri. Ketika tidak berhasil menyamai mereka yang menurut saya "sukses" akhirnya "putus asa" dan desperate, atau bahasa gaulnya "madesu"...seolah-olah masa depan suram banget deh.
Belum lagi satu tahun yang harus saya lalui dengan "kosong" alias tanpa pekerjaan dan aktifitas yang berarti (mau bilang "pengangguran" tapi rasanya gimana gitu ya...ahahaha). Sampai pada puncaknya yaitu saat menerima kegagalan yang bertubi-tubi, "tertolak" dalam dunia pekerjaan again and again, kata "sukses" makin menjauh dalam hidup saya. Bukan itu saja, cibiran dan sikap tak acuh dari beberapa keluarga pun membuat saya lebih tak semangat lagi.
Hingga saya melihat ada satu pintu yang terbuka, dan saya pikir itu adalah semata-mata "pintu rahmat" dari Tuhan. Ketika saya mulai membaca kembali lingkungan dengan mata, pikiran dan hati yang jernih, barulah ditemukan sebuah jalan, jalan yang mengarah pada impian dan tujuan hidup yang sebenarnya.
Pertanyaan dimulai pada diri sendiri "untuk apa saya hidup dan apa yang saya inginkan dalam hidup ini?". Saya menginginkan kebahagiaan dan kesuksesan dunia-akhirat dan saya juga ingin selamat di akhirat nanti. Semua muslim pasti menginginkan hal yang sama. Tapi terkadang kita lupa "cara" nya.
Bukankah manusia itu diciptakan hanya untuk beribadah kepadaNya:
"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku" (Qs. Adz-Dzariyat (51):56)

Selama ini kita sering mendikotomikan antara "duniawi" dengan  "jalan agama", masalah dunia dan agama dipisahkan oleh persepsi kita sendiri yang terlalu fokus dengan "kebahagiaan duniawi". Padahal kita diciptakan dan hidup di dunia ini tidak lain untuk beribadah kepada Allah. Tapi ibadah yang kita bayangkan hanya sebatas, sholat, puasa, dan yang lainnya, sehingga saat kita belajar, bekerja, berdagang, atau bersosialisasi, lepas dari "jalan agama" dan mengkategorikannya sebagai "masalah duniawi". Seharusnya, ibadah itu mencakup semua aspek kehidupan kita, baik saat kita belajar, bekerja, berdagang atau saat bekerja sama dengan orang lain, tujuannya hanya satu yaitu sebagai bentuk ibadah kepada Allah.

Kesuksesan hidup itu sendiri memiliki makna yang luas, orang boleh mengatakan bahwa, saya sukses kalau sudah bisa punya mobil, rumah mewah, isteri/suami yang cantik, anak-anak yang pintar, karir yang mantap, bisa jadi Boss, punya mertua kaya raya, bisa sekolah ke Luar Negeri, dll. Semua hal ini sah-sah saja, namun yang membedakannya adalah cara dan tujuan (niat) kita meraih kesuksesan tersebut.
Apakah seseorang mendapatkan kesuksesannya itu dengan cara "menghalalkan segalanya", mendzolimi dan menyakiti perasaan orang lain, korupsi, atau dengan kerja keras dan kejujuran? Lalu apa tujuan kita mencapai kesuksesan, apakah karena sebatas ingin mendapatkan uang yang banyak, agar orang lain segan terhadap kita, agar kita terlihat 'hebat" oleh orang lain, bisa mendominasi dan menginjak orang lain dengan kekuasaan yang kita miliki atau karena ingin membantu orang lain, melayani masyarakat, membahagiakan keluarga dan membuat Tuhan bahagia?
Rasulullah pun pernah bersabda:
"sesungguhnya amalan-amalan itu berdasarkan niatnya dan sesungguhnya bagi setiap orang apa yang ia niatkan, maka barangsiapa yang berhijrah kepada Allah dan RasulNya maka hijrahnya adalah kepada Allah dan RasulNya, dan barangsiapa yang hijrahnya karena untuk menggapai dunia atau wanita yang hendak dinikahinya maka hijrahnya kepada apa yang dihijrahi”. (HR. Al-Bukhori: 1)
 Intinya, kita boleh punya seribu impian kesuksesan yang ingin diraih, tapi usahakan bukan sekedar sukses yang didapat, namun cara dan tujuan/niat dalam menggapai kesuksesan itu yang lebih penting.
Kita semua boleh mendapatkan kesuksesan yang sama atau berbeda, si A mungkin sukses bikin buku yang laris, si B sukses punya kapal pesiar, dll, tapi di mata Tuhan yang membedakannya hanya satu, yaitu ketaqwaannya.

"...Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah, ialah orang yang paling bertaqwa diantara kamu sekalian" (Qs. Al Hujurat (49):13).
 Apalah arti sebuah kesuksesan jika membuat kita menjadi pribadi yang justru tidak baik, menjadi sombong dan arogan, mengutip kata pak Mario Teguh, bahwa suskses berarti berubah menjadi pribadi yang lebih baik dengan tetap rendah hati. Rasulullah pun mengatakan bahwa:
'Tidak masuk surga orang yang ada dalam hatinya seberat biji sawi dari kesombongan...." dan "Sombong itu menolak kebenaran dan meremehkan manusia" (HR.Muslim)
Lagipula, bukanlah kesuksesan itu sendiri yang menjadi esensi bagi perilaku manusia, namun, proses dalam mencapai keberhasilan itu lah yang akan mendewasakan dan "memanusiakan manusia" sesuai dengan fitrahnya. Meskipun apa yang menjadi impian kesuksesan kita tidak tercapai, tapi jika kita sudah mengusahakannya dengan nilai-nilai dan prinsip kebaikan, maka sesungguhnya kita pun telah sukses, sukses menghadapi tantangan dengan tetap berpegang pada nilai-nilai kebaikan. Sependapat dengan Albert Einsten yang ditulis dalam buku Muhammad Assad, Notes From Qatar "Try not to become a man of success, but rather try to become a man of value" .

Kuncinya, kesuksesan menurut saya adalah, "it's a way and our intention to achieve our goal, in order to obtain the blessing of God"...niat, tujuan, dan Ridho Allah semata....dan seperti yang saya ungkapkan sebelumnya, sukses bagi saya adalah ketika apa yang saya lakukan baik itu belajar maupun bekerja dapat bermanfaat untuk orang lain..:)

With Love

Ghie....

Monday, October 24, 2011

Bismillah

Laki-laki sukses itu dilihat dari dua hal, yang pertama siapa ibunya dan yang kedua siapa istrinya (Khalifah Umar Bin Khatab) 


This is my new blog again...hehehe...sering banget gonta ganti nama atau blog, tapi insyaallah blog yang sekarang akan lebih di-garap oleh si empunya...hihihi...aamiienn


well, tulisan yang pertama saya beri judul Bismillah, sebagai pengawal dari segala apa yang akan saya tulis di sini, saya berharap semoga isinya bisa lebih bermanfaat dibandingkan blog-blog terdahulunya..

Blog ini akan di isi dengan segala macam 'life stories' dan lika-likunya, harapan, semangat, motivasi, serta berbagai pengalaman berharga yang pernah penulis rasakan selama 26 tahun hidup di dunia yang dinamis dan selalu berubah, atau mungkin "sharing" pengalaman dengan teman-teman yang juga memiliki kehidupan yang unik, berharga dan penuh perjuangan...apapun itu...


Semoga "journal of life" ini bisa meng-capture semua hal-hal yang telah Allah SWT berikan dalam hidup ini, baik maupun buruknya, sebagai wujud rasa syukur kepada-Nya...aamiin...dan bisa memberikan manfaat untuk yang lain...
The best people are those who are most useful to others.. (Muhammad SAW)
sebaik-baiknya seseorang adalah yang bermanfaat untuk orang lain...

Dimulai dengan tag-line bahwa dibalik kehidupan seorang  pria yang sukses terdapat peran seorang wanita...ibu dan isteri...kalau Mas IppoRight bilang sepasang bidadari.
sebagai seorang wanita tentunya ingin sekali menjadi wanita yang sukses membahagiakan dan memajukan orang-orang disekitarnya...yup...entah mengapa keinginan itu kuat sekali saat ini, sampai-sampai pingin bikin blogs yang bisa membiasakan saya untuk belajar mengeluarkan ide-ide serta pengalaman-pengalaman yang dialami sebagai "anak perempuan"...
banyak sekali lika-liku, tantangan serta kisah sedih dan manis, tapi kesemuanya itu menjadi harta yang paling berharga atas hikmahnya yang sangat bernilai... 

Tentunya menjadi wanita yang bisa berperan dalam kesuksesan seorang pria itu tidaklah mudah dan bukan wanita yang "biasa"...oleh karena itu, lewat blog ini saya ingin menularkan sesuatu, bukan menularkan virus berbahaya atau penyakit tapi menularkan semangat serta motivasi...saya menyadari saya pun belum sempurna dan masih jauuuh dari sempurna, tapi dengan belajar dan berusaha untuk selalu "persistence" mengupayakan kebaikan, insyaallah saya yakin pasti bisa...dan anda pun bisaa....hehe...So, nantikan kisahnya ditulisan berikutnya ya...^_^


Dengan Bismillah, penulis ucapkan selamat menikmati, selamat berbahagia, semoga sukses dunia dan akhirat:)


With Love

Ghie...